“Death Note” adalah salah satu karya paling ikonis dalam dunia manga dan anime. Diciptakan oleh Tsugumi Ohba dan diilustrasikan oleh Takeshi Obata, cerita ini mengeksplorasi tema keadilan, kekuasaan, dan moralitas melalui konflik intelektual antara Light Yagami, seorang siswa jenius, dan L, seorang detektif eksentrik. Pada tahun 2017, Netflix mengambil langkah untuk memperkenalkan cerita ini ke audiens global melalui adaptasi live-action. Namun, proyek ini menuai beragam tanggapan, mulai dari kritik pedas hingga apresiasi terhadap upaya membawa cerita klasik ini ke ranah baru.
Latar Belakang dan Produksi
Asal Usul “Death Note”
Manga “Death Note” pertama kali diterbitkan pada tahun 2003 di Weekly Shōnen Jump. Cerita ini mengikuti Light Yagami, seorang siswa SMA yang menemukan buku supranatural bernama “Death Note,” yang memungkinkan penggunanya untuk membunuh siapa saja hanya dengan menuliskan nama mereka. Buku ini dimiliki oleh shinigami (dewa kematian) bernama Ryuk, yang menjatuhkannya ke dunia manusia karena rasa bosan. Light memutuskan untuk menggunakan buku ini untuk menciptakan dunia yang bebas dari kejahatan, tetapi tindakannya menarik perhatian L, seorang detektif yang berusaha mengungkap identitas “Kira,” alias Light.
Adaptasi Live-Action Netflix
Netflix mengumumkan adaptasi live-action “Death Note” pada awal 2016. Film ini disutradarai oleh Adam Wingard dan dibintangi oleh Nat Wolff sebagai Light Turner, LaKeith Stanfield sebagai L, serta Willem Dafoe sebagai pengisi suara Ryuk. Produksi ini menghadapi tantangan besar dalam mengadaptasi cerita yang sangat kental dengan budaya Jepang ke dalam latar Amerika Serikat.
Netflix mengubah banyak elemen dari cerita asli, termasuk latar, nama karakter, dan beberapa elemen plot, untuk menarik audiens global. Namun, keputusan ini memicu perdebatan mengenai kesetiaan terhadap materi sumber dan representasi budaya.
Sinopsis Film Netflix “Death Note”
Penemuan Death Note
Light Turner, seorang siswa SMA di Seattle, menemukan “Death Note,” sebuah buku yang memiliki kekuatan untuk membunuh siapa saja hanya dengan menuliskan nama mereka. Setelah menguji kekuatan buku ini, Light bertemu dengan Ryuk, shinigami yang memperkenalkan aturan penggunaan Death Note. Didukung oleh kekuatan baru ini, Light memutuskan untuk membersihkan dunia dari kejahatan dan mengambil nama samaran “Kira.”
Konflik dengan L
Aksi Light menarik perhatian L, seorang detektif jenius dengan metode investigasi yang tidak konvensional. L mulai menyelidiki identitas Kira, dan permainan intelektual antara keduanya menjadi inti dari cerita. Ketegangan meningkat saat L semakin dekat untuk mengungkap identitas Light, sementara Light menggunakan segala cara untuk menyembunyikan tindakannya.
Klimaks dan Akhir
Konflik antara Light dan L mencapai puncaknya saat kebenaran tentang penggunaan Death Note mulai terungkap. Film ini memberikan akhir yang berbeda dari cerita asli, yang memicu berbagai reaksi dari penggemar setia.
Penerimaan dan Kritik
Respons Penggemar dan Kritikus
Sejak dirilis, adaptasi live-action “Death Note” oleh Netflix menerima berbagai tanggapan. Sementara beberapa kritikus memuji film ini karena mencoba membawa cerita ke audiens baru, banyak penggemar lama merasa kecewa dengan perubahan signifikan dari materi aslinya. Karakter Light Turner dianggap kurang kompleks dibandingkan Light Yagami dalam manga dan anime, sementara interpretasi L oleh LaKeith Stanfield mendapat tanggapan beragam.
IGN memberikan ulasan yang kurang memuaskan, menyebut film ini sebagai “versi yang terlalu disederhanakan dari materi aslinya.” Namun, beberapa penonton yang tidak familiar dengan manga atau anime “Death Note” menganggap film ini sebagai thriller yang menghibur.
Kontroversi Whitewashing
Salah satu kritik utama terhadap adaptasi Netflix adalah tuduhan “whitewashing,” yaitu mengganti karakter Asia dengan aktor kulit putih. Meskipun Netflix berargumen bahwa latar cerita telah dipindahkan ke Amerika Serikat, banyak penggemar merasa bahwa adaptasi ini mengabaikan akar budaya Jepang yang menjadi bagian integral dari “Death Note.”
Kontroversi ini menjadi titik diskusi tentang pentingnya representasi budaya dalam adaptasi internasional, terutama ketika mengadaptasi karya yang memiliki ikatan kuat dengan asal-usul budayanya.
Masa Depan Waralaba “Death Note”
Rencana Sekuel
Meskipun film Netflix “Death Note” menghadapi kritik, laporan menunjukkan bahwa Netflix sedang mengembangkan sekuel. Greg Russo, yang dikenal sebagai penulis naskah untuk “Mortal Kombat” (2021), dikabarkan terlibat dalam proyek ini. Namun, detail lebih lanjut mengenai plot dan tanggal rilis belum diumumkan secara resmi.
Serial Live-Action Baru oleh Duffer Brothers
Pada Juli 2022, Netflix mengumumkan proyek baru untuk “Death Note” dalam format serial live-action. Serial ini diproduksi oleh Duffer Brothers, kreator “Stranger Things,” dan dikabarkan akan lebih setia pada materi asli dibandingkan adaptasi film sebelumnya. Proyek ini diharapkan dapat menghidupkan kembali keajaiban “Death Note” dengan narasi yang lebih mendalam dan karakter yang lebih kompleks.
Penggemar menyambut pengumuman ini dengan antusiasme tinggi. Berharap adaptasi ini akan memperbaiki kesalahan dari film sebelumnya dan memberikan penghormatan yang pantas kepada karya asli Ohba dan Obata.
Menanti Kebangkitan “Death Note” di Era Baru Adaptasi
Adaptasi Netflix “DeathNote” tahun 2017 mungkin menuai kontroversi, tetapi upaya untuk membawa cerita ini ke audiens global tetap merupakan langkah yang signifikan. Dengan rencana untuk sekuel dan serial baru oleh Duffer Brothers, masa depan “DeathNote” sebagai waralaba tetap cerah. Potensi untuk menghidupkan kembali kisah ini dengan kesetiaan lebih tinggi pada materi asli memberikan harapan baru bagi penggemar lama dan menarik perhatian audiens baru.
“DeathNote” tetap menjadi salah satu karya yang paling berpengaruh dalam dunia manga dan anime. Dan adaptasi terbaru Netflix memiliki kesempatan besar untuk merebut hati penonton dengan pendekatan yang lebih matang dan setia.